INDONESIATREN.COM - Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto lahir pada 17 Oktober 1951 di Jakarta. Ketua Umum sekaligus pendiri Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) tersebut kini menjabat Menteri Pertahanan era Presiden Joko Widodo.
Pemilik nama lengkap Prabowo Subianto Djojohadikusumo itu merupakan putra dari begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo. Sementara ibunya, Dora Marie Sigar atau dikenal Dora Soemitro adalah seorang wanita berdarah Minahasa.
Prabowo adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Prabowo memiliki dua kakak perempuan, yakni Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati. Prabowo juga memiliki seorang adik laki-laki bernama Hashim Djojohadikusumo, yang pada tahun 2008 lalu bersama-sama mendirikan Partai Gerindra.
Pada bulan Mei 1983, Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi, putri Presiden Soeharto dan Tien Soeharto. Pasangan ini dikaruniai seorang anak, Ragowo Hediprasetyo (Didit). Keduanya berpisah pada tahun 1998, tak lama setelah Orde Baru tumbang.
Karier Militer
Lahir di Jakarta, masa kecil Prabowo sebagai putra ekonom Soemitro Djojohadikoesoemo banyak dilewatkan di luar negeri bersama orang tuanya.
Minatnya pada dunia militer dipengaruhi oleh pamannya, Soebianto Djojohadikusumo yang gugur dalam Pertempuran Lengkong. Sepulang dari luar negeri, Prabowo pun memutuskan mengikuti jejak pamannya di militer.
Setelah lulus dari AKABRI Darat di Magelang pada tahun 1974 dengan pangkat Letnan Dua, ia menjadi salah satu komandan operasi termuda dalam sejarah Angkatan Darat saat memimpin operasi Tim Nanggala di Timor Timur.
Baca juga: Diberi Nilai Kinerja Menhan dari Anies Baswedan, Prabowo Subianto: Emang Gue Pikirin? Sorry Ye
Dari tahun 1976 hingga 1985, Prabowo bertugas di Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), pasukan khusus Angkatan Darat pada saat itu.
Kariernya melejit setelah menjabat sebagai Wakil Komandan Detasemen Penanggulangan Teror di Komando Pasukan Khusus (Kopasus) pada tahun 1983. Prabowo pun beberapa kali mengomandoi operasi militer sepanjang karirnya di TNI.
Pada tahun 1985, Prabowo menjadi wakil komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 (Yonif Para Raider 328/Dirgahayu), pasukan para raider di Kostrad.
Dua tahun kemudian, setelah menamatkan pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning ia menjadi komandan batalyon tersebut, jabatan yang dijabatnya selama tiga tahun.
Pada 1991, ia menjabat sebagai kepala staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 (Brigif Para Raider 17/Kujang I), yang bermarkas di Cijantung.
Dalam kapasitas itu, Prabowo yang saat itu telah berpangkat Letnan Kolonel terlibat dalam operasi pemburuan dan penangkapan Xanana Gusmão, salah satu tokoh pemimpin gerilyawan Fretilin di Timor Timur.
Tahun 1993, Prabowo kembali ke pasukan khusus, yang kini dinamai Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Ia diangkat menjadi komandan Grup 3/Sandhi Yudha, salah satu komando kontra-insurjensi Kopassus.
Ia seterusnya menjabat sebagai wakil komandan komando dan komandan komando, di bawah kepemimpinan Brigadir Jenderal Agum Gumelar dan Brigadir Jenderal Subagyo Hadi Siswoyo.
Pada bulan Desember 1995, Prabowo diangkat sebagai komandan jenderal Kopassus dengan pangkat Mayor Jenderal. Sebagai komandan jenderal, salah satu tugas pertama Prabowo adalah operasi pembebasan sandera Mapenduma.
Pada 20 Maret 1998, Prabowo diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), jabatan yang pernah disandang ayah mertuanya Presiden Soeharto.
Pengangkatan ini terjadi hanya sepuluh hari setelah MPR memilih Soeharto untuk periode kelima sebagai presiden.
Pada saat Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998. Penggantinya, Habibie, dilantik pada hari yang sama. Presiden Habibie kemudian memberhentikan Prabowo dari jabatannya sebagai Panglima Kostrad.
Karier Politik
Prabowo memulai kembali karier politiknya dengan mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada Konvesi Capres Golkar 2004. Meski lolos sampai putaran akhir, Prabowo kalah suara oleh Wiranto.
Prabowo, bersama adiknya Hashim Djojohadikusumo, mantan aktivis mahasiswa Fadli Zon dan mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Bidang Penggalangan Muchdi Purwoprandjono serta sederetan nama lainnya mendirikan Partai Gerindra pada tanggal 6 Februari 2008. Ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat (DPP).
Baca juga: Usai Debat Capres 2024 Ketiga, Prabowo: Saya Kecewa!
Perjalanan politik Prabowo tidak selalu mulus, terbukti ketika ia mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri pada tahun 2004.
Prabowo kembali maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Hatta Rajasa pada Pilpres 2014, namun saat itu masih kalah suara oleh pasangan Joko Widodo-Jusuf Kala.
Kemudian di Pilpres 2019 Prabowo kembali maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Sandiaga Uno. Prabowo-Sandi didukung oleh koalisi Indonesia Adil Makmur.
Pasangan Prabowo Sandi mendapatkan 68 juta suara, kalah dari jumlah suara yang didapatkan oleh pasangan Jokowi Ma'aruf Amin. Namun setelah penetapan hasil pemilu, Jokowi mengundang Prabowo dan Sandiaga untuk bergabung di Kabinet Indonesia Maju.
Prabowo Subianto dilantik pada tanggal 23 Oktober 2019 untuk membantu tugas presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.
Pada Rapimnas Partai Gerakan Indonesia Raya tahun 2022, 34 DPD Partai Gerindra mengusung Prabowo sebagai calon presiden di 2024. Prabowo menerima pencalonan dirinya pada malam hari, tanggal 12 Agustus 2022.
Ini menjadi ketiga kalinya Prabowo mencalonkan diri menjadi presiden dan keempat kalinya Prabowo mencalonkan diri sebagai Presiden/Wakil Presiden.