INDONESIATREN.COM - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), menggelar unjuk rasa di depan kantor DRPD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kota Sukabumi.
Perkumpulan mahasiswa yang di gelar pada Kamis, 29 Februari 2024, melakukan unjuk rasa dalam rangka mengkritik tentang kenaikan bahan pangan di Kota Sukabumi.
Menurut pantauan tim Indonesiatren.com, para mahasiswa tersebut melakukan unjuk rasa di dua tempat yang berbeda, seperti pada pukul 10.00 WIB di depan balai Kota Sukabumi dan di depan gedung DPRD sekitar pukul 12.30 WIB.
Dalam unjuk rasa tersebut, ketua BEM Universitas Muahammadiyah Sukabumi (UMMI) Fakultas Pertanian, Diki Agustina, memberikan lima poin penting untuk DPRD mengenai kenaikan harga pangan di Kota Sukabumi. Berikut lima poinnya.
Baca juga: 462 Warga Warnasari Sukabumi Dapat Bantuan Beras, Pemerintah Desa Beri Catatan
1. Mendesak agar satgas (Satuan Tugas) pangan tidak mancla-mencle dalam mengusut dan memberantas mafia pangan.
2. Berantas mafia pangan.
3. Mendesak pemerintah untuk bisa mengontrol harga pangan dan bahan pokok menjelang bulan Ramadhan.
4. Meminta pemerintah supaya meninjau ulang terhadap impor beras yang berjumlah 3,6 juta ton pada tahun 2024.
5. Mendorong pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah pertanian di Indonesia khususnya di Kota Sukabumi.
Diki juga menjelaskan, harga beras di pasaran Kota Sukabumi saat ini berkisaran Rp6.800 dan sangat jauh dari HET (Harga Eceran Tertinggi) yang diterapkan oleh pemerintah.
Baca juga: Warga Rela Berdesakan Demi Beras Murah di Palabuhanratu Sukabumi
"Hari ini, harga beras di pasaran Sukabumi ini berkisar di angka Rp6.800 dan itu sangat jauh daripada HET yang diterapkan oleh pemerintah, dan kenaikan harga beras ini tidak diikuti dengan kenaikan harga gabah kering. Harga gabah kering hari ini Rp6.000, yang awalnya itu Rp5.200, naik Rp800," tutur Diki saat di wawancarai oleh Tim Indonesiatren.com, pada Kamis, 29 Februari 2024.
Selain itu, ia juga berbicara mengenai mafia beras yang sifatnya sangat licik dalam menimbun bahan-bahan pangan hingga langka. Ketika sudah langka, mereka menjualnya dengan harga yang sangat tinggi dan jauh dari HET.
"Untuk dugaan mafia beras, hari ini kita bisa dapat lihat bawasannya mafia beras ini sangat licik karena mereka menimbun bahan-bahan pangannya sehingga bahan ini terdapat langka. Ketika sudah langka, harganya otomatis akan naik dan sudah naik mereka langsung mendistribusikan barang-barang yang mereka timbun tadi ke pasaran. Dengan harga yang sangat tinggi, otomatis masyarakat membeli dengan secara terpaksa dengan jumlah ataupun harga yang jauh daripada HET tersebut." lanjut Diki.
Baca juga: Harga Beras di Pasar Cibadak Sukabumi Meroket, Pedagang Bingung Pembeli Mengeluh
Tidak hanya itu, Diki juga menerangkan, pihaknya sudah menyampaikan tuntutan dan telah disepakati oleh pihak pemerintah dan DPRD Kota Sukabumi. Jika pihak tersebut tidak melaksanakan secara cepat, maka BEM Faperta (Fakultas Pertanian) UMMI akan turun ke jalan dengan jumlah yang lebih banyak.
"Ketika tuntutan kami yang sudah kami sampaikan dan juga disepakati oleh pihak-pihak daripada pemerintah kota dan juga DPRD Kota Sukabumi, tidak dilaksanakan secara cepat, maka kami dari BEM Faperta (Fakultas Pertanian) akan membawa masalah lagi, kita akan turun ke jalan lagi dengan jumlah yang lebih banyak lagi, dan kami bertekad pemerintahan Kota Sukabumi harus segera menyelesaikan persoalan ini karena yang terdampak bukan hanya sebagian akan tetapi sangat banyak khususnya masyarakat dari kaum menegah ke bawah," tutup Diki.