INDONESIATREN.COM - Kodok merah atau kodok darah akan menambah keanekaragaman hayati hutan Selabintana, Sukabumi, Jawa Barat. Pasalnya, Bidang Pengelola Taman Nasional (PTN) Wilayah II Sukabumi baru-baru ini menerima berudu kodok merah.
Berudu tersebut diserahkan pengamat reptil dan amfibi berkebangsaan Belanda, Kas Janssen, yang menemukan berudu kodok merah atau kodok darah (Leptophryne cruentata) di aliran Sungai Cinunjang.
Melansir laman gedepangrango.org, penemuan itu diserahterimakan Kas Janssen ke pihak PTN Wilayah II Sukabumi pada Senin, 4 Desember 2023 lalu.
Baca juga: Jalan-Jalan ke Jembatan Gantung Kadudampit Sukabumi Bareng Kades Asep Badrutaman
Lokasi ditemukannya berudu tersebut berada di ketinggian kurang lebih 1.100 mdpl. Sedangkan seperti banyak diketahui, Kodok Merah di Resort PTN Selabintana Sukabumi hanya ditemukan di sekitaran Curug Cibeureum dengan ketinggian sekitar 1.400 mdpl.
Awalnya Kas Janssen mengira berudu tersebut adalah berudu kodok jam pasir (Leptophyrne borbonica), mengingat berudu tersebut ditemukan pada ketinggian 1.000 mdpl.
Namun setelah diidentifikasi, Janssen menyadari bahwa berudu tersebut merupakan berudu Kodok Merah yang dilindungi. Hasil identifikasi Janssen juga didukung oleh pernyataan Kepala Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Cikananga, Resit Sozer.
Diketahui, menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) kodok merah sendiri berstatus critically endangered atau sebagai spesies yang terancam kritis.
Dengan kesadaran bahwa Kodok Merah ini adalah jenis yang dilindungi, dan agar terhindar dari kepunahan, akhirnya Janssen menyerahakan berudu tersebut ke pihak Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) melalui Bidang PTN Wilayah II Sukabumi untuk kembali dilepaskan ke habitatnya.
Baca juga: Aneka Tempat Wisata di Situ Gunung Sukabumi, Ada Jembatan Gantung Terpanjang di Asia Tenggara!
Keesokan harinya, berudu tersebut dikembalikan ke habitatnya oleh Petugas Resort PTN Selabintana dan PEH Bidang PTN Wilayah II Sukabumi.
Penentuan lokasi lepas liar juga tidak sembarangan, agar berudu tersebut bisa tetap hidup. Aliran sungai yang dipilih yang tidak memiliki arus deras dan agak dangkal serta tertutup oleh bebatuan.
"Kita doakan semoga semoga berudu-berudu ini dapat bertahan dan berkembang menjadi Kodok Merah, sehingga jumlahnya di alam akan bertambah dan terhindar dari kepunahan," tulis Enike Ratna Sari, Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda TNGGP.
Endemik
Mengutip laman gedepangrango.org, Kodok Merah merupakan spesies kodok endemik Jawa Barat. Spesies ini dideskripsi pertama kali pada tahun 1838 oleh Teschudi dari dua contoh koleksi spesimen yang kemungkinan didapat dari Cibodas.
Kodok dengan ukuran 2,5-4 sentimeter ini status keterancamannya dikategorikan kedalam critically endangered oleh IUCN.
Baca juga: Pesona Kedai Alam Cengkeh Sukabumi, Cocok Sebagai Tempat Nongkrong Bertemakan Alam
Antara tahun 1990-an hingga 2003 tidak banyak informasi mengenai keberadaannya. Mulai tahun 2004, ada beberapa laporan dari beberapa lokasi di kawasan TNGGP dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Menurut Kusrini, kodok merah atau katak merah atau katak api hanya ditemukan di TNGGP. Hal ini berdasarkan laporan-laporan ilmiah yang ada, sedangkan untuk TNGHS hanya bersifat informasi saja dan belum ada laporan yang bisa dipertanggungjawabkan sesuai kaidah keilmiahan.
Nama Katak Api muncul ketika Leptophryne cruentata dikukuhkan menjadi satwa nasional pada 5 November 2011 oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Sedangkan nama katak merah maupun kodok merah umum digunakan oleh TNGGP.
Dalam kurun 10 tahun terakhir, keberadaan kodok merah banyak diinformasikan dari kawasan TNGGP. Lokasi favorit yang sangat terkenal dan mudah dijumpai di kawasan TNGGP adalah Curug Cibeureum-Cibodas dan Rawa Denok.
Baca juga: Tempat Wisata Alam Curug Sentral Sukabumi, Punya 7 Aliran Air Terjun Setinggi 50 Meter
Selanjutnya di tahun 2012 ditemukan di Curug Cibereum-Salabintana oleh petugas fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), TNGGP. Informasi keberadaan spesies ini juga dijumpai di kawasan TNGHS sekitar tahun 2002 di blok Cikeris.
Survey yang dilakukan oleh tim CWMBC/ICWRMIP (program konservasi biodiversitas berbasis DAS Citarum) yang bekerjasama dengan Direktorat Jenderal PHKA pada 4 September 2013, menemukan lokasi baru untuk kodok merah.
Lokasi temuan tersebut adalah Curug Ceret, Sungai Citirilik yang termasuk wilayah kerja resort Tegallega. Ada 6 individu kodok merah yang ditemukan pada ketinggian 1.380 mdpl. Tim juga menemukan tujuh ekor berudu kodok merah di lokasi tersebut pada saat itu.
Kondisi habitat di lokasi penemuan kodok merah berupa aliran Sungai Citirilik yang telah mengering.