INDONESIATREN.COM - Seorang santri laki-laki berusia 12 tahun di sebuah pondok pesantren (ponpes) menjadi korban penganiayaan dan perundungan anak.
Kejadian penganiayaan anak ini terjadi berawal saat santri meminta pertolongan kepada ayahnya, W, melalui sambungan telepon.
"Yah, kalau ayah tidak mau menyesal, jemput saya sekarang," ungkap korban kepada ayahnya dikutip Indonesia Tren dari Instagram @memomedia pada Sabtu, 1 Desember 2023.
Setelah mengetahui kabar itu, ayah korban bergegas mendatangi ke Ponpes Tri Sukses.
Baca juga: Hadir dengan Desain Unik, Segini Harga Motor Matic Honda BeAT Street di Awal Desember
Sesampainya di pondok pesantren, W melihat anaknya sedang berbaring lemas dengan menahan rasa sakit di unit kesehatan pondok.
Melihat kondisi anaknya yang memprihatinkan, sang ayah pun langsung membawa anaknya ke rumah.
Santri laki-laki itu pun mengungkapkan telah dianiaya oleh dua seniornya di Ponpes
Melansir dari akun Instagram @memomedia, W korban menjelaskan bagian bawah tubuh anaknya diperlakukan tidak senonoh secara paksa dan bagian perutnya diinjak oleh pelaku.
Baca juga: Tetap Andalkan Mesin V-8, Aston Martin Batal Gunakan Mesin V-6, Ini Alasannya
"Mulut anak saya dibekap. Kemudian tangannya dipegang. Kaki anak saya dipegang kuat atau dipaksa. Kemudian kaki pelaku itu menendang bagian bawah tubuh anak saya," ucap W.
Akibatnya, korban mengalami lebam di kedua pahanya, cedera perut dan bengkak pada bagian tubuh bawahnya.
Sang ayah yang tidak terima bahwa anaknya dianiaya, melaporkan kejadian ke Polda Jambi bernomor laporan STPL/343/XI/2023/SPKT/Polda Jambi.
Ternyata kejadian penganiayaan dan perundungan yang dialami anak santri laki-laki tersebut, sudah terjadi selama empat kali dan dilaporkan pada tanggal 22 dan tanggal 24 November 2023.
Baca juga: Geger! Seorang Pelajar SMA di Madura Melahirkan saat Ujian di Kelas, Berikut Kronologinya
Selain itu, APD juga sempat menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher, dan kemudian ia di visum di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jambi.
Saat ini, pihak pondok pesantren belum memberikan pertanggungjawaban dan membantu biaya pengobatan, walaupun Widi sudah menjenguk anaknya di pondok.
Tanpa disangka-sangka, APD sering mengalami perundungan, tapi ia selalu menyembunyikannya karena dipaksa untuk berkata yang baik saja terkait pondok pesantren kepada orang tuanya.(*)