INDONESIATREN - Memang, perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia, khususnya, Jabar, masih belum seagresif konvensional. Walau demikian, perbankan syariah terus menunjukkan geliatnya.
Pada Media Update 2023, Indarto Budiwitono, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jabar, mengungkapkan, selama beberapa tahun terakhir, perbankan syariah Jabar menunjukkan pergerakan positif.
"Bahkan, secara persentase, perkembangannya lebih baik dariada perbankan konvensional," tegas Indarto Budiwitono, di kawasan Jalan Ganesha Bandung.
Indikatornya, sebut dia, tercermin pada realisasi pembiayaan perbankan syariah.
Baca juga: Di Jabar, Gelontoran Kredit Perbankan Bernilai Super Sultan, Ini Angkanya
Hingga September 2023, sebut dia, total nilai penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada level Rp 64,08 triliun atau menggeliat 14,57 persen secara tahunan.
Porsi pembiayaan terbesar, ujarnya, yakni Bank Umum Syariah, sebanyak 63,96 persen. Lalu, kata alumnus Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Bandung ini, Unit Usaha Syariah (UUS) sebesar 27,53 persen.
"Berikutnya, adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah, sebesar 8,52 persen," ucapnya.
Baca juga: Jawa Timur Bukan Pasar Otomotif Terbesar Kedua, Melainkan Provinsi Ini
Melihat perkembangan itu, kata mancan atlet pencak silat ini, hingga September 2023, pembiayaan perbankan syariah meraih pangsa pasar 9,72 persen, jauh lebih baik daripada 2019, yang posisinya 7,9 persen.
Selain perbankan syariah, tambah Indarto Budiwitono, pergerakan positif pun terjadi pada korporasi perusahaan pembiayaan atau multi-finance.
Dia membeberkan, hingga September 2023, di Jabar, sektor multi-finance memiliki outstanding piutang Rp 72,8 triliun. Angka itu, jelasnya, secara tahunan, bergeliat 11,62 persen.
Baca juga: Bagi Jabar , GIIAS Bandung 2023 Bisa Jadi Pelecut Pajak
Perdagangan, terangnya, menjadi sektor yang paling besar menerima gelontoran pembiayaan, yakni 26 persen. Selanjutnya, industri pengolahan dan jasa persewaan, masing-masing 14 persen serta 10 persen.
Tidak hanya nilai penyalurannya yang mentereng, korporasi-korporasi multi-finance pun sukses menjaga rasio Non-Performing Finance (NPF).
"Hingga September 2023, rasio NPF di Jabar yakni 3,13 persen, lebih baik daripada posisi Agustus 2023 yaitu 3,23 persen," tutur Indarto Budiwitono. (*)