Pemantau Iklim Catat Oktober 2023 Adalah Rekor Suhu Terpanas Sepanjang Sejarah

Jumat, 10 Nov 2023 09:00
    Bagikan  
Pemantau Iklim Catat Oktober 2023 Adalah Rekor Suhu Terpanas Sepanjang Sejarah
Unsplash/Marek Piwnicki

Ilustrasi pemanasan global. Para ilmuan Eropa yang tergabung dalam pemantau iklim mencatat bulan Oktober 2023 adalah rekor suhu terpanas sepanjang sejarah.

INDONESIATREN.COM - Para ilmuan Eropa yang tergabung dalam pemantau iklim mencatat bulan Oktober 2023 adalah rekor suhu terpanas sepanjang sejarah, atau setidaknya sejak 125.000 tahun yang lalu.

Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim menyebabkan gelombang panas di seluruh dunia, mengalahkan rekor sebelumnya dengan frekuensi yang mengkhawatirkan.

Copernicus Climate Change Service (C3S), pemantau iklim Uni Eropa, mengatakan bahwa suhu di bulan Oktober lebih panas 0,4 derajat celcius atau 0,7 derajat fahrenheit dibandingkan rekor sebelumnya pada bulan tersebut, yang dicapai pada tahun 2019.

Baca juga: Buruknya Polusi Udara di Ibu Kota India, 50 Persen Pekerja Terancam Kena Dampak

"Ketika kami menggabungkan data kami dengan IPCC (Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim), maka kami dapat mengatakan bahwa ini adalah tahun terpanas selama 125.000 tahun terakhir," kata Wakil Direktur C3S Samantha Burgess, seperti dikutip dari Aljazeera. Kumpulan data Copernicus berasal dari tahun 1940.

Seiring perubahan iklim yang dipicu emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil hingga memanaskan bumi, rekor panas ekstrem yang pernah ada sebelumnya telah dipecahkan dengan frekuensi yang sangat mencengangkan.

Tidak ada satupun sudut bumi yang luput dari perhatian. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan September lalu, menemukan bahwa tahun 2022 membawa gelombang panas paling intens yang pernah tercatat di Antartika, wilayah terdingin di dunia.

"Kami dapat mengatakan dengan hampir pasti bahwa tahun 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat," sambung Samantha Burgess.

Baca juga: Direktur HAM PBB Mundur dan Minta Negara Israel Dibubarkan Karena Secara Gamblang Lakukan Genosida

Pada bulan Agustus dan September selama musim dingin dan musim semi di belahan bumi selatan, negara-negara Amerika Selatan seperti Brazil, Argentina, Bolivia dan Paraguay berjuang untuk mengatasi suhu mendidih lebih dari 40 derajat celcius.

Panas ekstrem dapat berdampak mematikan, menguras energi tubuh dan menyebabkan dehidrasi dalam jangka pendek serta meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti penyakit kardiovaskular dan pernapasan.

Orang-orang dari lapisan masyarakat miskin, terutama mereka yang melakukan pekerjaan manual atau bekerja di luar rumah, merupakan kelompok yang paling berisiko.

"Panas dapat mematikan, terutama di musim semi sebelum orang dapat menyesuaikan diri dengan suhu tersebut. Suhu di atas 40 derajat celcius di awal musim semi sangatlah ekstrem," kata Julie Arrighi, direktur lembaga nirlaba Pusat Iklim Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Kondisi yang disebabkan oleh perubahan iklim juga berkontribusi terhadap rekor musim kebakaran hutan di Kanada pada tahun 2023, yang menyebabkan ribuan orang mengungsi dan membakar lebih dari 18,4 juta hektare lahan.

Tahun ini, faktor-faktor yang disebabkan oleh perubahan iklim telah digabungkan dengan faktor-faktor yang disebabkan oleh pola iklim El Nino, yang mana air permukaan yang lebih hangat di bagian timur Samudera Pasifik mendorong terjadinya cuaca ekstrem di seluruh dunia.

Pola cuaca El Nino yang sedang berlangsung diperkirakan akan berlangsung setidaknya hingga bulan April, kata Organisasi Meteorologi Dunia.

"Ini adalah tanda yang jelas bahwa kita sedang menuju rezim iklim yang akan berdampak lebih besar pada lebih banyak orang," kata Peter Schlosser, wakil presiden dan wakil rektor Global Futures Laboratory di Arizona State University.

"Lebih baik kita menerima peringatan ini yang seharusnya kita ambil 50 tahun yang lalu atau lebih dan menarik kesimpulan yang tepat."

Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

Resahkan Masyarakat, 30 Preman dan Juru Parkir Liar di Sukabumi Diamankan Polisi
Bongkar Peredaran Narkoba, Polisi Ciduk 3 Pengedar Sabu di Sukabumi
Diduga Digigit Ular Welang Saat Tidur Malam, Bocah Perempuan 3 Tahun di Sukabumi Meninggal
Curi Sepeda Motor 6 Oktober 2023, 2 Terduga Pelaku Akhirnya Ditangkap Polres Sukabumi Kota
Buruh Tolak Pencabutan Status UHC Non Cut Off oleh BPJS Kesehatan Cabang Sukabumi
Pakai Knalpot Modifikasi, 17 Sepeda Motor di Sukabumi Diamankan Polisi
Pungli di Tempat Wisata Sukabumi Saat Libur Akhir Pekan, 1 Warga Ditangkap Tim Saber Pungli
Bus Rombongan SMK Asal Depok Kecelakaan di Subang, 1 Guru, 9 Siswa, dan 1 Warga Lokal Tewas
Ngasih 2 Ribu Tidak Bikin Miskin, tapi Bikin Tukang Parkir Berpenghasilan Lebihi UMP, ini Hitungannya!
Kabar duka: Penyanyi Dangdut Senior Jhonny Iskandar Meninggal Dunia
Rotasi Jabatan di Polres Sukabumi Kota, Kasat Intel dan Kasat Narkoba Diganti
Sejumlah Jabatan Penting di Polres Sukabumi Kota Dirombak
Diduga Korsleting, Mobil Angkutan Umum Terbakar di Kawasan Parungkuda, Sukabumi
Tukang Parkir Kini Dinista, tapi KH Zainuddin MZ Justru Bilang: Orang Paling Tenang Hidupnya itu...
Aktor Senior Spesialis Pemeran “Orang Batak” Dorman Borisman Meninggal Dunia
Keroyok Penjaga dan Rusak Warung Jamu, 2 Pemuda Mabuk di Sukabumi Ditangkap Polisi
Dibuat Konten di Medsos, Duel Antar Pelajar SMP di Sukabumi Tewaskan 1 Pelajar Berusia 13 Tahun
Mulai Rugi 2020, Sepatu Legendaris BATA Kini Tinggal Cerita
Buang Bayi Baru Dilahirkan, Mantan TKW Ilegal asal Sukabumi Diamankan Polisi
Duel Pelajar di Sukabumi, 1 Pelajar Berusia 13 Tahun Tewas