INDONESIATREN.COM - Akibat perubahan market ekonomi yang kini menjadi market society di tangan rezim Joko Widodo (Jokowi), menyebabkan perempuan menjadi korban. Hal itu disampaikan oleh Akademisi yang juga Ahli Filsafat Rocky Gerung.
Menurut Rocky Gerung, perempuan menjadi korban market society yang digaungkan oleh Jokowi dengan dalih bonus demografi.
"Korban pertama market society adalah rahim perempuan. Setiap ibu hamil hari ini memiliki semacam kebahagiaan karena membayangkan akan melahirkan generasi emas," kata dia dalam video yang diunggah di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Senin, 11 Desember 2023.
Padahal jika dihitung secara akademis, setiap bayi yang lahir hari ini di Indonesia akan dibebani Rp50 juta hutang Jokowi.
Bahkan, kata Rocky, satu dari empat bayi yang lahir hari ini juga diklaim kekurangan perkembangan otak hingga 25 persen karena stunting.
"Itu dasarnya. Setiap malam di Indonesia ada 19,5 juta warga yang tidur dengan perut kosong. Dan kebanyakan dari mereka adalah perempuan," ucapnya.
Para perempuan, kata dia, menahan lapar agar anak-anaknya bisa makan. Mirisnya lagi, 25 juta pemuda di Indonesia juga mengalami gangguan mental, karena tidak memiliki harapan.
"Itulah sosiologi dasar kita untuk memetakan harus ada pertarungan ideologi dengan kekuasaan.
Baca juga: Tak Pulang Selama Dua Pekan, Anak SD di Bandung Diduga Jadi Korban Penculikan
Menurut Rocky, market society yang sekarang terjadi ini pernah terjadi di era rezim Soeharto.
Secara konstitusi, ada tiga kekuatan ekonomi yang sebetulnya diizinkan beroperasi. Tiga kekuatan ekonomi itu yakni bisnis korporasi dari peran sektor swasta, BUMN, dan koperasi.
"Di dalam konstitusi disebutkan tiga kekuatan itu. Tapi yang terjadi, koperasi nunggu CSR dari korporasi. BUMN menyerahkan hak pengelolaan negara kepada korporasi. Itu kekacauan selama Jokowi memerintah," kata dia.
Rocky menyebut, market ekonomi diperlukan untuk mengefesienskan suply and demand. Di era Jokowi menjadi berubah menjadi market society.
"Itu bahaya ideologisnya. Akibatnya, gusur Rempang, gusur Wadas. Jadi warga negara sekarang dianggap hanya sekedar sebagai konsumen," kata dia.
Terkait masalah Rempang, Rocky mengatakan jika korporasi hanya butuh 1.700 hektar tanah. Namun, pemerintah justru siapkan 17 ribu hektar.
"Buat apa 17 ribu itu? dari situ sudah pengkhianatan terhadap rakyat untuk memiliki habitat," ucap Rocky.
Menurutnya, karena market ekonomi berubah menjadi market society, maka semuanya dihitung berdasarkan benefit cost analysys.
Sehingga, ujar Rocky, ketidakadilan tanah ini akan menjadi problem besar ke depan bagi capres yang akan menjadi presiden terpilih, jika tidak ada paksaan politik dari gerakan rakyat.
"Yang material di kita yang pertama soal tanah, kedua soal hutang, dan ketiga soal nutrisi. Dan itu membebani perempuan. Korban pertama market society adalah rahim perempuan," kata dia.(*)