INDONESIATREN.COM - Baru-baru ini terjadi kecelakaan antara kereta api (KA) Turangga dengan Commuter Line Bandung Raya di Cicalengka, pada Jumat, 5 Januari 2024 sekitar pukul 06.03 WIB.
Kecelakaan tersebut terjadi di lintas Cicalengka-Haurpugur KM 181+700 di Kecamatan Cikuya, Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Hingga kini, proses evakuasi terhadap para penumpang masih terus dilakukan oleh sejumlah pihak.
Indonesiatren.com telah merangkum 5 fakta mengenai kecelakaan kereta api tersebut, seperti berikut:
1. Kronologi Kejadian
Kecelakaan tersebut bermula ketika KA Turangga bergerak dari arah Surabaya Gubeng dengan tujuan akhir Bandung.
Dari arah berlawanan, Commuter Line Bandung bergerak dari arah Padalarang dengan tujuan Cicalengka, Bandung.
Imbas kecelakaan tersebut, delapan gerbong KA Turangga anjlok dan keluar rel. Sementara tiga gerbong Commuter Line juga anjlok.
Baca juga: Terungkap! Ini Kronologi Kecelakaan KA Turangga dengan Commuter Line Bandung Raya di Cicalengka
2. Empat Orang Tewas dan 28 Luka-luka
Polda Jawa Barat mengungkapkan bahwa empat orang meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.
Satu diantara korban tewas tersebut diketahui adalah masinis.
"Dua (yang tewas sudah di evakuasi, mereka masinis dan asisten masinis. Dua lainnya masih dalam proses evakuasi, mereka yaitu pramugara dan satu lagi belum diketahui, diduga dari petugas KAI," ujar Kabid Humas Polda Jabar Kombes, Ibrahim Tompo.
Polda Jabar menyebut ada 28 orang lainnya yang mengalami luka-luka dan sudah dilarikan ke RSUD Cicalengka untuk mendapatkan perawatan medis.
3. Jumlah Penumpang
Kepala Basarna Bandung, Hery Marantika menjelaskan kereta Bandung Raya membawa penumpang sebanyak 106 orang dan KA Turangga membawa 54 orang penumpang.
Hingga kini, tim Rescue Basarnas Bandung masih melakukan evakuasi serta mendata korban tabrakan KA Turanggan dan KA Bandung Raya.
Baca juga: KA Turangga Adu Banteng dengan Commuterline Bandung Raya di Cicalengka, Begini Kondisinya
4. 9 Perjalanan Kereta Api Dibatalkan
Akibat kecelakaan tersebut, sembilan perjalanan kereta api lainnya harus dibatalkan.
VP Corporate Secretary KAI, Joni Martinus menyebut hal tersebut dilakukan karena jalur yang dilintasi terhambat gerbong kereta yang mengalami kecelakaan.
Berikut daftarnya:
Baca juga: Selain dengan Elmer Syaherman, Bella Damaika Pernah Jadi Selingkuhan di Hubungan Orang Lain
- KA 92 (Lodaya) lintas Bd-Kya (SF 10 Kereta)
- KA 6 (Argo Wilis) lintas Bd-Kya (SF 10 Kereta)
- KA 182 (Baturraden Ekspres) lintas Bd-Kya (SF 8 Kereta)
- KA 181 (Baturraden Ekspres) lintas Kya-Pwt (SF 8 Kereta)
Baca juga: Masih Konsumsi Obat Kimia? Ini Cara Mengobati Hipertensi Secara Alami ala dr Zaidul Akbar
- KA 250 (Serayu) lintas Pwt-Kya (SF 7 Kereta)
- KA 251 (Serayu) lintas Kya-Bd-Ckp (SF 7 Kereta)
- KA 252 (Serayu) lintas Ckp-Kya (SF 7 Kereta)
- KA 249 (Serayu) lintas Kya-Pwt (SF 7 Kereta)
Baca juga: Pemkot Bandung Ajak Pengusaha Hotel dan Restoran Distribusikan Sampah Organik ke TPST Gedebage
- KA 240 (Pasundan) lintas Kac-Kya (SF 8 Kereta)
5. Kecelakaan Mirip Tragedi Bintaro
Kecelakaan KA Turangga dengan Commuter Line Bandung seperti tragedi Bintaro pada 1987.
Pada 19 Oktober 1987 sekitar pukul 06.45, telah terjadi kecelakaan antara KA 220 Rangkas dengan KA 225 Merak di Pondok, Betung, Bintaro, Jakarta Selatan.
Baca juga: Masih Konsumsi Obat Kimia? Ini Cara Mengobati Hipertensi Secara Alami ala dr Zaidul Akbar
Saat itu, KA 225 Rangkasbitung-Jakarta Kota membawa 1.887 penumpang yang melebihi kapasitas hingga 200 persen.
Penumpang juga diperbolehkan naik ke atap atau memadati gerbong kereta.
Sementara untuk KA 220 Tanah Abang-Merak membawa 478 penumpang yang berangkat dari Stasiun Kebayoran menuju Stasiun Sudimara.
Kecelakaan tersebut terjadi akibat melintasi rel yang sama dari arah yang berlawanan.
Baca juga: Belajar dari Pengalaman, Pemkot Bandung Masifkan Pengelolaan Sampah dari Sumbernya
Upaya persilangan kereta di Stasiun Kebayoran terhambat oleh pergantian shift petugas, sehingga rencana tersebut terlambat dieksekusi.
Kemudian, petugas berusaha mengosongkan jalur di Stasiun Sudimara, namun masinis KA 225, Slamet Suradio, kesulitan melihat isyarat karena kondisi lokomotif dipenuhi penumpang.
Kecelakaan tersebut tak dapat dihindarkan, terlebih rutenya melalui tikunga S yang pada saat itu masih didominasi perkebunan dengan semak belukar yang luas. (*)