INDONESIATREN.COM - Semoga, tulisan ini bisa memberi hikmah bagi siapa pun yang membacanya. Dikutip dari akun IG @thomaseriadi, Sabtu, 20 April 2024, tulisan ini pada intinya hendak mengulas akan pentingnya “diam”, ketimbang “tidak bisa berkata-kata dengan baik”.
“Kalau belum bisa membantu, paling tidak jangan menyusahkan orang lain”. Sebab, dalam hidup ini, banyak hal lebih bermanfaat yang bisa dilakukan.
“Lebih indah menjadi pembawa damai, daripada menjadi perusak”.
Simaklah obrolan pertama berikut ini:
Seorang teman bertanya, “Berapa gajimu sebulan kerja di toko itu?” Ia menjawab, “1,5 juta rupiah.” “Cuma 1,5 juta rupiah? Sedikit sekali ia menghargai keringatmu. Apa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu?”
Sejak saat itu, temanmu jadi membenci pekerjaannya. Lalu, dia meminta kenaikan gaji pada pemilik toko. Pemilik toko menolak, dan mem-PHK-nya.
Kini, temanmu malah tidak berpenghasilan, dan jadi pengangguran.
Simak pula obrolan kedua berikut ini:
Saat arisan, seorang Ibu bertanya, “Rumahmu ini apa tidak terlalu sempit? Bukankah anak-anakmu banyak?”
Rumah yang tadinya terasa lapang, sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya. Ketenangan pun hilang saat keluarga ini mulai terbelit utang, kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank.
Baca juga: Sinopsis Film Hacksaw Ridge yang Terinspirasi dari Kisah Nyata Perang Dunia II
Selanjutnya, simaklah obrolan ketiga berikut ini:
Saudara laki-lakinya bertanya saat kunjungan seminggu setelah adik perempuannya melahirkan. “Hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan?”
“Tidak ada,” jawab adiknya, pendek.
Saudara laki-lakinya berkata lagi, “Astaga. Apa engkau tidak berharga disisinya? Aku bahkan sering memberi hadiah istriku, walau tanpa alasan yang istimewa.”
Siang itu, ketika suaminya lelah pulang dari kantor, menemukan istrinya merajuk di rumah. Keduanya lalu terlibat pertengkaran. Sebulan kemudian, suami-istri itu akhirnya bercerai, karena si istri berpikir, suaminya tidak mampu membahagiakannya.
Dari mana sumber masalahnya? Dari kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki-laki kepada adik perempuannya itu.
Dan, sebagai penutup, simak juga obrolan keempat ini:
Seseorang bertanya kepada kakek tua, “Berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan?”
Dijawab si kakek, “Sebulan sekali.”
“Wah, keterlaluan sekali anakmu itu. Di usia senjamu ini, seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering.”
Hati si kakek menjadi sempit. Padahal, tadinya, ia amat rela terhadap anak-anaknya. Ia jadi sering menangis, dan itu memperburuk kesehatan dan kondisi badannya.
Alhasil, mohon direnungkan dengan jujur: APA SEBENARNYA KEUNTUNGAN YANG DIDAPAT KETIKA BERTANYA SEPERTI PERTANYAAN-PERTANYAAN DI ATAS ITU?